Tidur menjadi salah satu pelepas rasa lelah. Saat tidur, aktivitas otak
secara keseluruhan melambat tetapi ada semburan energi yang cepat.
Saat tidur dengan aktivitas otak meningkat cepat, seseorang akan merasakan
mimpi yang lebih intens.
Tidur yang cukup memberi dampak bagi informasi emosional dari otak. Selama
tidur, otak bekerja untuk mengevaluasi setiap ingatan dan pikiran.
Kurang tidur sangat berbahaya bagi kondisi emosional yang mempengaruhi
suasana hati dan reaktivitas emosional.
Meski penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi beragam
hubungan antara tidur dengan kesehatan mental, bukti menunjukkan adanya
hubungan yang dipengaruhi banyak faktor.
Apa dampak psikologis dari kurang tidur?
Kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk dapat meningkatkan risiko
gangguan kesehatan mental. Sementara insomnia dapat menjadi gejala gangguan
kejiwaan.
Menurut Columbia University Irving Center, masalah tidur dapat berkontribusi
pada munculnya berbagai masalah kesehatan mental, termasuk depresi dan
kecemasan.
Studi menunjukkan bahwa sehat dapat mengalami peningkatan tingkat kecemasan
dan kesusahan karena kurang tidur.
Mereka yang memiliki gangguan kesehatan mental bahkan lebih mungkin
mengalami masalah tidur kronis dan cenderung memperburuk masalah psikologis.
Kabar baiknya, ada cara meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur untuk
mengurangi dampak yang ditimbulkannya.
Menerapkan kebiasaan tidur yang sehat dapat membantu meningkatkan kualitas
tidur.
Namun, penderita insomnia kronis harus mencari bantuan profesional, termasuk
terapi perilaku kognitif.
Terapi ini mengajari pasien mengenai tidur. Tujuannya mengubah perilaku
tidur dan strategi seperti kontrol stimulus, pembatasan tidur, teknik relaksasi
dan terapi kognitif.
Jika masalah tidur terus berlanjut atau sering mengantuk di siang hari meski
sudah tidur cukup, sudah waktunya menemui spesialis.
Langkah ini dapat membantu menentukan terapi perilaku kognitif, pengobatan, atau perawatan lain.